Biologi

Entri Populer

Selasa, 26 Februari 2013

Pemetaan Sederhana


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
“ PEMETAAN SEDERHANA “








Oleh :
Irfan Hidayatulloh
1211702039






JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
            Seringkali para peneliti dan atau dalam melaksanakan pekerjaannya dihadapkan pada pertanyaan sederhana, seperti di mana lokasi/letak sesuatu objek yang diamati atau ditelitinya, berapa luas obyek yang akan disurvei, bagaimana bisa mencapai objek tersebut. Sebagai peneliti sudah pasti telah memahami bagaimana cara awal dan cara mudah mendapatkan jawabannya, yaitu ada pada peta. Dalam setiap kegiatan pengumpulan data lapangan, peta selalu digunakan sebagai bahan yang penting mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pelaporan kegiatan. Demikian pentingnya fungsi dan manfaat peta dalam pencapaian keberhasilan pelaksanaan pengumpulan data lapangan, maka pengetahuan dan pemahaman tentang pemetaan dan aplikasi sistem informasi geografi menjadi mutlak diperlukan.
            Survei lapangan pada kawasan konservasi merupakan kegiatan untuk pengumpulan data dan informasi spesifik dari komponen-komponen penyusun sumber daya alam hayati dan ekosistem, yang mencakup pengukuran atas jenis, populasi, penyebaran, kerapatan/kelimpahan, status kelangkaan, permasalahan dan sebagainya dari potensi dan kekayaan sumber daya alam hayati dan ekosistem, termasuk sosial ekonomi budaya masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan konservasi.
            Oleh karena itu dalam mempelajari suatu komunitas diperlukan keterampilan dalam pemetaan, sehingga dalam praktikum dikembangkan pemetaan dengan berbagai metode, yang termasuk di dalamnya adalah metode pemetaan sederhana yang terdiri dari metode memencar, interseksi, beranting dan meloncat.

1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah membuat peta daerah suatu komunitas.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Peta pertama kali dibuat oleh bangsa Babilonia berupa lempengan berbentuk tablet dari tanah liat sekitar 2300 SM. Pemetaan di zaman Yunani Kuno sangat pesat. Alat cetak untuk peta pun berkembang. Banyak penemuan sekitar abad 15. Pada mulanya, peta dicetak menggunakan papan kayu yang sudah di ukir berupa peta. Pada abad berikutnya, peta semakin berkembang dengan menggunakan metode – metode secara ilmiah ( Martina, 2010 ).
            Metode atau cara pengukuran digunakan untuk perhitungan, pengolahan dan koreksi data untuk menentukan posisi ( koordinat ) setiap titik yang terukur dalam wilayah pemetaan ( Sudaryatno, 2001 ).
            Pemetaan ini dilakukan agar memperoleh gambaran wilayah dari komunitas hewan, tumbuhan dan jasad renik. Ketiga komunitas tersebut sangat bergantung satu sama lain dan sangat berhubungan dengan erat ( Heddy, 1994 ).
            Karena adanya hubungan yang khas antara lingkungan dan organisme, maka komunitas di suatu lingkungan bersifat spesifik. Untuk itu perlu dilakukan suatu analisis yang dapat menentukan bagaimana gambaran suatu wilayah dan  penyebaran suatu jenis vegetasi  maupun agar dapat dipelajari dengan mudah ( Sugianto, 1994 ).
            Salah satu cara analisisnya yaitu dengan cara pemetaan berdasarkan 2 titik konstan. Poin yang terpenting yaitu menempatkan dua titik yang horizontal pada daerah yang akan dipetakan. Kemudian menyebar titik – titik lain diluar titik konstan tersebut dan perhitungan untuk jarak titik disebar terhadap titik konstan ( Ewuise, 1990 ).
           








BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan
Alat
Bahan
 Kompas lapangan 360°
Busur derajat
Taman UIN
Meteran
Kertas grafik


3.2 Cara Kerja
Lokasi
 
 



Data
 
·         Titik - titik lain ditentukan
·         Bidik dengan kompas
 
Titik P dan Q
 
·         Ditentukan 2 titik konstan di luar lokasi
·         Titik konstan di ukur dengan meteran
 
                                                                                                         









 

Hasil                                          


 
                                        






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan
Titik
Kedudukan Terhadap Titik Konstan
P
Q
Jarak ( m )
뱡
Jarak ( m )
뱡
A
10,4
40
16,8
48
B
10,9
35
17,2
40
C
13
45
19,6
49
D
14
37
19,3
36
E
14,6
20
19,9
30
F
18,6
21
23,7
20
G
19,9
18
24,6
19
H
18,6
13
22,6
10
I
19,4
10
23,3
9
J
22,6
330
18,6
305
K
21,3
305
17,7
304
L
23,5
298
18,8
289
M
18
275
11,3
280
N
15,9
273
9,6
289
O
15,3
279
8,8
272

4.2 Pembahasan
            Pada praktikum yang telah dilakukan bertujuan untuk membuat peta daerah suatu komunitas. Metode pemetaan dalam pemetaan sederhana terdiri dari empat, yaitu metode memencar, metode interseksi, metode beranting dan metode melompat.
            Dari ke empat metode tersebut, yang digunakan yakni metode interseksi. Metode interseksi adalah metode pemetaan sederhana yang dilakukan untuk lokasi yang tidak memungkinkan titik konstan berada di dalam lokasi. Tidak seperti metode memencar yang memiliki titik konstan di dalam, metode interseksi memiliki titik konstan di luar lokasi. Salah satu contoh lokasi untuk interseksi yaitu danau, yang dalam hal ini yang menjadi lokasinya adalah taman air UIN Bandung.
            Setelah menentukan dua titik konstan di luar lokasi dan mengukur serta membidiknya, hal yang perlu dilakukan adalah menentukan titik – titik lain yang tersebar setiap lekukan pada lokasi tersebut. Selisih antara azimut P ke Q harus 180°.  Selain menentukan jarak dan azimut titik konstan, juga harus menentukan jarak dan azimut dari dua titik konstan ( P dan Q ) ke titik – titik yang lain.
            Setelah mendapatkan data, berikutnya adalah menggambar peta tersebut pada kertas grafik dengan skala 1 : 100. Dari semua titik yang ada, hanya satu titiklah yang terdapat titik temunya yakni titik N. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya ketelitian dalam mengukur jarak serta kemampuan visualisasi praktikan dalam membidik sudut menggunakan kompas yang berbeda – beda.



BAB V
SIMPULAN

Berdasarkan data yang diperoleh, dalam menentukan peta daerah dari suatu komunitas belum bisa tergambar dengan tepat, karena yang memiliki titik temu hanya terdapat pada titik N saja. Faktor yang dapat mempengaruhinya adalah kurangnya ketelitian dalam menggunakan alat praktikum seperti meteran dan kompas serta perbedaan visualisasi masing – masing praktikan dalam membidik sudut azimut.




DAFTAR PUSTAKA

Ewuise, J.Y. 1990. Ekologi Tropika. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.
Heddy, Suasono. 1994. Prinsip – prinsip Dasar Ekologi. Malang : Raja Grafindo Persada.
Martina, Belatrix. 2010. Peta.< http://biologionline.org > [ Diakses pada 17 Februari 2013 ].
Sudaryatno. 2001. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sugianto. 1994. Ekologi Kwantitatif, Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Yogyakarta : Usaha Nasional.