LAPORAN
PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
“
PEMETAAN SEDERHANA “
Oleh
:
Irfan
Hidayatulloh
1211702039
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seringkali para peneliti dan atau dalam melaksanakan
pekerjaannya dihadapkan pada pertanyaan sederhana, seperti di mana lokasi/letak
sesuatu objek yang diamati atau ditelitinya, berapa luas obyek yang akan
disurvei, bagaimana bisa mencapai objek tersebut. Sebagai peneliti sudah pasti
telah memahami bagaimana cara awal dan cara mudah mendapatkan jawabannya, yaitu
ada pada peta. Dalam setiap kegiatan pengumpulan data lapangan, peta selalu
digunakan sebagai bahan yang penting mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan,
sampai dengan pelaporan kegiatan. Demikian pentingnya fungsi dan manfaat peta
dalam pencapaian keberhasilan pelaksanaan pengumpulan data lapangan, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang pemetaan dan aplikasi sistem informasi
geografi menjadi mutlak diperlukan.
Survei
lapangan pada kawasan konservasi merupakan kegiatan untuk pengumpulan data dan
informasi spesifik dari komponen-komponen penyusun sumber daya alam hayati dan
ekosistem, yang mencakup pengukuran atas jenis, populasi, penyebaran, kerapatan/kelimpahan,
status kelangkaan, permasalahan dan sebagainya dari potensi dan kekayaan sumber
daya alam hayati dan ekosistem, termasuk sosial ekonomi budaya masyarakat di
dalam dan di sekitar kawasan konservasi.
Oleh
karena itu dalam mempelajari suatu komunitas diperlukan keterampilan dalam
pemetaan, sehingga dalam praktikum dikembangkan pemetaan dengan berbagai
metode, yang termasuk di dalamnya adalah metode pemetaan sederhana yang terdiri
dari metode memencar, interseksi, beranting dan meloncat.
1.2
Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah membuat peta daerah suatu komunitas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Peta pertama kali dibuat oleh bangsa
Babilonia berupa lempengan berbentuk tablet dari tanah liat sekitar 2300 SM.
Pemetaan di zaman Yunani Kuno sangat pesat. Alat cetak untuk peta pun
berkembang. Banyak penemuan sekitar abad 15. Pada mulanya, peta dicetak
menggunakan papan kayu yang sudah di ukir berupa peta. Pada abad berikutnya,
peta semakin berkembang dengan menggunakan metode – metode secara ilmiah (
Martina, 2010 ).
Metode atau cara pengukuran
digunakan untuk perhitungan, pengolahan dan koreksi data untuk menentukan
posisi ( koordinat ) setiap titik yang terukur dalam wilayah pemetaan (
Sudaryatno, 2001 ).
Pemetaan ini dilakukan agar
memperoleh gambaran wilayah dari komunitas hewan, tumbuhan dan jasad renik.
Ketiga komunitas tersebut sangat bergantung satu sama lain dan sangat
berhubungan dengan erat ( Heddy, 1994 ).
Karena adanya hubungan yang khas
antara lingkungan dan organisme, maka komunitas di suatu lingkungan bersifat
spesifik. Untuk itu perlu dilakukan suatu analisis yang dapat menentukan
bagaimana gambaran suatu wilayah dan
penyebaran suatu jenis vegetasi
maupun agar dapat dipelajari dengan mudah ( Sugianto, 1994 ).
Salah satu cara analisisnya yaitu
dengan cara pemetaan berdasarkan 2 titik konstan. Poin yang terpenting yaitu
menempatkan dua titik yang horizontal pada daerah yang akan dipetakan. Kemudian
menyebar titik – titik lain diluar titik konstan tersebut dan perhitungan untuk
jarak titik disebar terhadap titik konstan ( Ewuise, 1990 ).
BAB
III
METODOLOGI
3.1 Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
|
Kompas lapangan 360°
|
Busur derajat
|
Taman UIN
|
Meteran
|
Kertas grafik
|
|
3.2 Cara Kerja
|
|
|
|
|
|
BAB
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil pengamatan
Titik
|
Kedudukan Terhadap
Titik Konstan
|
|||
P
|
Q
|
|||
Jarak ( m )
|
뱡
|
Jarak ( m )
|
뱡
|
|
A
|
10,4
|
40
|
16,8
|
48
|
B
|
10,9
|
35
|
17,2
|
40
|
C
|
13
|
45
|
19,6
|
49
|
D
|
14
|
37
|
19,3
|
36
|
E
|
14,6
|
20
|
19,9
|
30
|
F
|
18,6
|
21
|
23,7
|
20
|
G
|
19,9
|
18
|
24,6
|
19
|
H
|
18,6
|
13
|
22,6
|
10
|
I
|
19,4
|
10
|
23,3
|
9
|
J
|
22,6
|
330
|
18,6
|
305
|
K
|
21,3
|
305
|
17,7
|
304
|
L
|
23,5
|
298
|
18,8
|
289
|
M
|
18
|
275
|
11,3
|
280
|
N
|
15,9
|
273
|
9,6
|
289
|
O
|
15,3
|
279
|
8,8
|
272
|
4.2 Pembahasan
Pada praktikum yang telah dilakukan
bertujuan untuk membuat peta daerah suatu komunitas. Metode pemetaan dalam
pemetaan sederhana terdiri dari empat, yaitu metode memencar, metode
interseksi, metode beranting dan metode melompat.
Dari ke empat metode tersebut, yang
digunakan yakni metode interseksi. Metode interseksi adalah metode pemetaan
sederhana yang dilakukan untuk lokasi yang tidak memungkinkan titik konstan
berada di dalam lokasi. Tidak seperti metode memencar yang memiliki titik
konstan di dalam, metode interseksi memiliki titik konstan di luar lokasi.
Salah satu contoh lokasi untuk interseksi yaitu danau, yang dalam hal ini yang
menjadi lokasinya adalah taman air UIN Bandung.
Setelah menentukan dua titik konstan
di luar lokasi dan mengukur serta membidiknya, hal yang perlu dilakukan adalah
menentukan titik – titik lain yang tersebar setiap lekukan pada lokasi
tersebut. Selisih antara azimut P ke Q harus 180°. Selain menentukan jarak dan azimut titik
konstan, juga harus menentukan jarak dan azimut dari dua titik konstan ( P dan
Q ) ke titik – titik yang lain.
Setelah mendapatkan data, berikutnya
adalah menggambar peta tersebut pada kertas grafik dengan skala 1 : 100. Dari
semua titik yang ada, hanya satu titiklah yang terdapat titik temunya yakni
titik N. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya ketelitian dalam mengukur
jarak serta kemampuan visualisasi praktikan dalam membidik sudut menggunakan
kompas yang berbeda – beda.
BAB V
SIMPULAN
Berdasarkan data yang diperoleh, dalam menentukan peta daerah dari
suatu komunitas belum bisa tergambar dengan tepat, karena yang memiliki titik
temu hanya terdapat pada titik N saja. Faktor yang dapat mempengaruhinya adalah
kurangnya ketelitian dalam menggunakan alat praktikum seperti meteran dan
kompas serta perbedaan visualisasi masing – masing praktikan dalam membidik
sudut azimut.
DAFTAR PUSTAKA
Ewuise,
J.Y. 1990. Ekologi Tropika. Bandung : Institut Teknologi Bandung Press.
Heddy, Suasono. 1994. Prinsip – prinsip Dasar Ekologi.
Malang : Raja Grafindo Persada.
Sudaryatno. 2001. Ilmu Ukur Tanah. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
Sugianto. 1994. Ekologi Kwantitatif, Metode Analisis Populasi
dan Komunitas. Yogyakarta : Usaha Nasional.